BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
suatu kontruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting. Berdasarkan hal
ini maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses terbentuknya beton
sangat dibutuhkan. Sebagai program wajib dalam ilmu bahan bangunan, maka penerapan
dasar aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik sipil. Hal ini
diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil dapat menguasai konsep dan analisa
kerja saat terjun kedunia kontruksi.
Beton
( concrete ) sendiri adalah bahan bsangunan / kontruksi berupa batu buatan (
Artifisial Stone ) yang homogeny yang diproleh dari pencampuran tiga bahan
yaitu semen Portland sebagai bahan pengikat hidrolis, air sebagai bahan
pereaksi pengikatan, dan bantuan / agregat sebagai bahan pengisi ( filler ) dan
penguat ( strengter ) yang meliputi Agregat kasar ( coarse Aggregate ) dan
agregat halus ( Fine Aggregate ). Dalam
hal-hal tertentu campuran diberi bahan tambahan ( Additive ) atau bahan campuran
( admixture ) yang tidak menurun mutu beton sesuai dengan keperluan kontruksi.
Praktikum ini bertujuan
memperoleh pengetahuan mengenai perencanaan campuran beton serta keterampilan
dalam pelaksanaannya. Untuk mendapatkan
beton yang bermutu baik memiliki daya kuat tekan yang besar, perlu
adanya suatu analisa labolatorium terhadap beberapa factor penyusun
terbentuknya beton, yang meliputi sifat-sifat fisis berupa :
v Susunan butiran ( Sieve
Analysis )
v Berat Volume ( Bulk Debsity
)
v Berat Jenis ( Specific
Grafity )
v Penyerapan ( Absorption )
v Kelembaban ( Moisture Contain
)
v Modulus Kehalusan ( Fineness
Modulus )
v Kandungan Lumpur ( Claylumps
)
Pada air dan semen tidak
dilakukansuatu analisa khusus karena dianggap telah memenuhi standar syarat PBI
1971 NI-2.
Seelah dilaukan pemeriksaan
terhadap agregat baru dilaksanakan Mix Design atau rencana campuran beton
berdasarkan pada ketentuan SK..SNI. T-15 1990-03 yang dikombinasikan dengan
ketentuan peraturan beton bertulang Indonesia ( PBI 1971 ).
Pencampuran dan pengadukan
beton dilakukan dengan mengguanakan mesin pengaduk molen dengan nilai Slump
yang direncanakan yaitu 25,4 – 101,6 mm. benda uji yang digunakan adalah
cetakan baja berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan berdiameter 15 cm
sebanyak 8 buah, dengn mutu beton yang diinginkan adalah mutu beton degan nilai
FAS 0,5.
BAB II
MATERIAL, BENDA UJI, DAN METODE, PENGUJIAN
2.1. MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton
agregat, semen, dan air, Agregat dari Coarse aggregate yang berupa kerikilq
dengan butiran >5 mm dan pasir halus ( fine Sand ).
Semen
yabng digunakan adalah Portland cement tipe I Padaqng. Air yang digunakan
adalah air bersih dengan ketentuan ph lebih kurang berasal dari PDAM yang
tersedia di lab. Kontruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik
Muhammadiyah.
2.1.1.
Aggregate untuk beotn adalah
butitran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran antara
0.075-40 mm. Aggregate yang digunakan adalah aggregate alam berupa coarse anggregatte (krikil), coarse send ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran beton. Aggregate bahan
penguat dan pengisi, dan menempati sekitar 75% dari volume total beton.
Keutamaan agregate dalam
peranannya di dalam beton :
v Menghemat penggunaan semen
Portland
v Menghasilkan kekuatan besar
pada beton
v Mengurangi penyusutan pada
pengerasan beton
v Dengan gradasi agregate yag
baik dapat tercapai beton yang padat
A.
Agregate Halus
Agregate halus untuk beton
dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregate ini yang
dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,075-5 mm, dan
meliputi pasir kasar ( coarse sand ) dan
pasir halus * Fine Sand ). Menurut PBI
agregat halus harus memenuhi syarat sebagai berikut :
v Agregat halus harus terdiri
dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh
pengaruh cuaca dan tempratur.
v Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% ( ditentukan terhadap berat kering ). Bila
berlebih 5% harus di cuci.
v Agregat harus tidak boleh
mengandung bahan organis terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan
warna dari ABRAMS-HARDER dengan
larutan NaOH 3%.
v Angka kehalusan (fineness Modulus) antara 2-3,2
v Agregat harus halus terdir
dari butiran beranekaragam besarnya.
B.
Agregat kasar
Agregat kasar bias juga
disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diroleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran
antara 5-40 mm. ketentuan agregat kasar antara lain :
v Agregat kasar harus terdiri
dari butiran yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang butirannya pipih
hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pihnya tidak melampaui 20% berat
agregat seluruhnya dan memiliki batas panjang tertentu.
v Agregat kasar tidak boleh
mengandung lumpur lebih dasri 1% dalam berat keringnya. Bila melampaui harus di
cuci.
v Agregat kasar tidak boleh
mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang relative alkali.
v Agregat kasar untuk beton
dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.
2.1.2. Semen
Portland ( Portlad Cement )
Bahan
pengikat hidrolisis yang paling utama adalah semen Portland, disebut pengikat
hidrolisis karena semen Portland akan mengikat ( Sifat adesi dan kohesi )
apabila diberi airdan kemudian terjadi reaksi kimia (Proses hidrasi) yang
bermula dari pasta semen yang plastis menjadi kaku dank eras. Semen Portland
hidrolisis dihasilkan dengan cara mengeliling halus klingker (mineral pembentuk
semen), terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis dan gips
sebagai bahan pembantu.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland,
terbagi dalam 5 jenis yaitu :
v Tipe I, yaitu untuk
konstuksi secara umum.
v Tipe II, yaitu untuk
konstuksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan agak tahan terhadap
sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
v Tipe III, yaitu untuk
konstuksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi
v Tipe IV, yaitu konstuksi
yang menuntut persayaratan panas hisrasi yang rendah.
v Tipe V, yaitu untuk
kontruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Dallam praktikum ini, semen
Portland yang kami gunakan adalah semen Portland tipe I PADANG dengan specific
gravity 3,15.
2.1.3 Air
Air yang
dipergunakan sebagai bahan pereaksi dalam campuran beton dan perawatannya harus
bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, bahan-bahan
yang dapat merusak beton dan zat-zat reaktif lainnya (pH 6,8 – 7). Dalam hal ini
sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. Jumlah air yang dipakai untuk
membuat adonan/cetakan harus tepat dengan perbandingan berat atau isi sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Pada percobaan ini, air
yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan pH normal dan berasal dari
PDAM yang tersedia di Lab. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik
UNMUHA.
2.2. BENADA UJI
Kekuatan
karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton.
Benda uji beton dapat berbentuk kubus 15x15x15 cm3, kubus 20x20x20
cm3 dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasarkan PBI
1971, benda uji standar ialah kubus 15x15x15 cm3 sedangkan menurut
ACI 211.1-77 adalh silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.
Pada percobaan
ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton dengan FAS 0,525 dengan
menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 5 buah.
Slump yang
direncanakan adalah 60-180 mm mengetahui
kekentalan campuran yang direncanakan.
2.3. METODE PENELITIAN
2.3.1. Sifat – sifat
Fisis Agregat
Untuk menentukan
sifat-sifat agregate, digunakan metode beritish
standar (BS)dan American society for
material (ASTM).
Berat penyelidikan berat
volum ( Bulk Density ) dilaksanakan berdasarkan metode BS 812.
Berat jenis (
Specivic Gravity ) aggregate adalah perbandingan berat sejumlah sama. Specivic
Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh permukaan ( Saturated
surfave dry ) dan kering ( oven dry ) berdasarkan metode metode BS 812,
pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan di dalam
air untuk kerikil, dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlow’s.
Analisa saringan ( Sieve Analysis )
bertujuan menguraikan susunan butiran agregat yang diperoleh dari hasil
penyaringan benda uji dengan menggunakan beberapa fraksi saringan. Dalam hal
ini saringan standar yang digunakan berdasarkan metode ASTM.
2.3.2. Kandungan Organisme dalam Pasir
Jika aggregate campuran beton mengandung bahan organic akan
mengakibatkan proses hidrasi terganggu, sehingga dapat mengurangi kekuatan
beton. Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan menggunakan
metode Abraham’s harder ASTMC – 40 – 73.
2.3.3. Komposisi Campurqan Beton ( Concreate Mix Design )
Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton teliti
sifatnya, kemudian perencanaan komposisi campuran berdasarkan SK.SNIT-15-1990-03.
BAB III
PEMERIKSAAN MATERIAL, PERHITUNGAN
KOMPOSISI CAMPURAN DAN PEMBUATAN BENDA UJI
3.1 PEMERIKSAAN MATERIAL
3.1.1
Berat Volume ( Bulk Density )
Tujuan
: untuk menentukan berat volume pada agregat
Langkah:
Benda
uji yang telah di keringkan dalam oven di keluarkan dan di biarkan dingin. Kemudian
agregat di isi ke dalam container yang terdiri dari tiga lapisan. Setiap
lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan. Terakhir.diisi
hingga penuh dan di ratakan, lalu di
hitung beratnya. Hal ini di lakukan sebanyak 3 kali.
3.1.2
Analisa Saringan ( Sieve Analysis )
Tujuan
: Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencefturn campuran
agregat untuk beton
Langkah
: Benda uji diisi ke dalam saringan yang berukuran 37,5, lg,9,5, 4,'75,2,36,
1,18, b,6, 0,3, 0,15, serta sisa. Saringan di goyangkan dengan tangan beberapa
menit. Kemudian masing-masing fraksi benda uji yang tertahan di atas saringan
di timbang beratnya.
3.1.3
Berat jenis ( Specific gravity )
Tujuan
: Untuk mengetahui volume agregatdalam beton.
Langkah
: Benda uji di rendam di dalam air selama 24 jarn dan di keringkan dengan cara
di anginanginkan hingga mencapai kondisi SSD. Kemudian di masukkan ke dalam
cetakan kerucut pasir yang terdiri dari tiga lapis ( di isi sepertiga-sepertiga
bagian cetakan ), setiap lapisan di tusuk 25 kali dengan tongkat pemadat.
Setelah permukaan di ratakan, cetakan di angkat vertikal. Bila pasir yang di
uji tersebut tidak mengikuti bentuk cetakan
berarti telah dalam keadaan SSD. Benda uji yang telah SSD tersebut diisi
ke dalam gelas beserta tutup plat kaca dan di timbang beratnya. Gelas diisi
penuh dengan air guna 10 menghilangkan udara yang di kandung benda uji, benda
uji yang diisi dalam kontainer, di oven hingga kondisi OD dan di timbang
beratnya.
3.1.4
Absorbsi ( Absorption )
Tujuan
: Menentukan persentase berat air yang teresap. Absorbsi merupakan persentase
perbandingan agregat dalam keadaan SSD dengan OD.
Langkah
: Merupakan langkah lanjutan pada penentuan pada berat jenis benda uji. Dari
hasil perhitungan berat jenis benda uji dalam keadaan SSD dan OD, kita dapat
mencari persentase absorbsi air .
3.1.5
Kandungan Organik dalam pasir ( Organic inpurities )
Benda
uji dimasukkan dalam gelas ukur volume 500 cc sebanyak 130 cc. Lalu di tuangkan
70 cc larutan NaOH 3Yo dan 300 cc Aquades kemudian di kocok. Diamkan
selama
24 jarn ( gelas ukur ). Setelah itu perhatikan perubahan warna yang terjadi pada larutan di atas pasir. Kemungkinan warna
yang terjadi :
.i.
Jernih, menunjukkan pasir bebas dari bahan organik.
{.
Kuning muda" menunjukkan pasir dapat di gunakan.
*
Kuning tua, menunjukkan pasir terdapat bahan organik.
Jika
pada percobaan yang di lakukan cairan berwarna jernih, menunjukkan pasir dapat di
gunakan.
3.2 PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN BETON
Dari perhitungan campuran beton yang di lampirkan, jumlah air yang dibutuhkan
adalah 175 liter (didapat secara interpolasi linier). Diketahui bahwa sesuai
dengan Perhitungan Campuran Beton yang di lampirkan, maka nilai FAS adalah
0,525. Sehingga jumlah semen yang dibutuhkan :
Jadi volume beton per adalah :
Air = 175 liter/cm3
Semen = 333.33 kg/cm3
Pasir = 696,23 kg/cm3
Kerikil = 1185,4 kg/cm3 +
jumlah = 2389.96 kg/m3
untuk volume
silinder
|
30
30 =
5298,75 / 1.000.000
= 0,0053 m3
Tabel 3.2.1 Komposisi
Campuran Beton
Material
|
Berat 1 cm3 beton (kg)
|
Volume 1 Silinder
|
Volume 5 Silinder
|
20 % tambahan campuran
|
Total
|
Air
|
175
|
0,0053
|
0,0265
|
0,0053
|
5,57
|
Semen
|
333,33
|
0,0053
|
0,0265
|
0,0053
|
10,60
|
Pasir
|
696,23
|
0,0053
|
0,0265
|
0,0053
|
22,14
|
Kerikil
|
1185,4
|
0,0053
|
0,0265
|
0,0053
|
37,70
|
Jumlah
|
2389,96
|
0.0212
|
0,106
|
0.0212
|
76,01
|
3.3 PEMBUATAN BENDA UJI
Setelah
dilakuakn mix design, kemudian dilaksanakan pembuatan benda uji dengan mengaduk
campuran beton secara berurutan dari Coarse Aggregate, Coarse Sand, dan air
kedalam Mollen. Kemudian mollen diputar selam 5 menit. Setelah campuran beton
teraduk rata, diadakan beberapa pengujian sbb :
A.
Slump Test
Tujuan
: Menentukan kekentalan (konsisten) adukan beton.
Langkah : Campuran beton
(fresh concrete) diisi kedalam kerucut Abram's yang ditempatkan diatas plat
baja, dimana pengisiannya atas 3 lapisan yang setiap
lapisan ditumbuk sebanyak 25x dengan tongkat panjang 60 cm. saat
pengisiian kaki keruncut diinjak sampai cetakan tepat terisi. Lalu
keruncut
diangkat vertikal dan di ukur jarak turun permukaan terhadap tinggi
semulp.
B.
Airmeter
Tujuan
: menetukan berpt volume beton dan kandungan udara didalam suatu campuranbeton.
Langkah
: Campuran beton diisi keadalam Airmeter atas 3 lapisan dan setiap lapisan
ditumbuk 25x
dengan tongkat pemadat. Kemudian sekeliling dindingnya diketuk dengan martil
karet, agar butiran udara muncul ke permukaan. Ratakan permukaan adukan dan
Airmeter ditutup serta dikunci. Airmeter + benda uji ditimbang, untuk
mengetahui berat volume udara. Dengan menggunakan pompa pada Airmeter, jarum
skala pada manometer d. igerakan hingga terletak pada 0 (nol). Tekan klep nya
agar jarum menunjukan pada anggak skala tertentu. Angka itu menyatakan
kandungan udara dalam 1 m3 beton.
Hasil:
Slumps Test :7,5 cm
Berat Beton :22Kg
Suhu Beton :29oc
Kandungan
Udara :0,8
Setelah
dilatcukan pemeriksaan diatas, benda uji diisi kedalam silinder.
Pengisian
atas 3 lapisan, setiap lapisa ditusuk 25 kali. Sekeliling dinding diketuk
dengan martil karet agar beton benar - benar padat.
Selang 4 iarl dari saat pengecoran setiap benda uji diberi Capping yang
terbuat dari campuran semen dan 29 Yo air dari banyaknya semen yang dipakai,
pasta semen
tersebut dioleskan diats cetakan setebal 1 cm dan ditekan dengan plat
kaca. Capping irn digunakan untuk meneruskan tekanan pada campuran beton
didalam cetakan. Kemudian dibiarkan 24 jam agar mengeras. Setelah itu dibuka
dan dirawat diruang perawatan dalam bak perendfan (Curring).
3.3.1
Pembebanan Benda Uji
Setelah beton berumur 7 hari, tiga benda uji dikeluarkan dari bak
perendaman
untuk
dikeringkan kemudian dilakukan pengujian kuat tekan beton. Pada umur 14 hari
dilakukan lagi uji tekan 5 benda uji. Sebelum diuji, semua benda uji ditimbang
beratnya serta diukur dimensinya.
Kuat tekan beton/bendauji dapt dihitung dengan rumus :
o'
bi : Kuat tekan beton
P : Beban hancur (ton)
A : Luas penanpang
3.3.2
Pengujian
Pengujian
benda uji dilakukan pada umur 7 hari berturut - turut sebanyak 3 benda
uji,
dan 5 benda uji pada umurl4 hari. Dari hasil pengujian dapat menentukan kuat
tekan
beton pada masing-masing umur tersebut.
Langkah
pertama, benda uji dikeluarkjan dari bak perendaman dan dihasilkan
dengan
kain lap, setelah itu dibiarkan salama lebih kurang 3 jam untuk pengeringan. '
Langkah
terakhir dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan penguji portable
compressor dengan kapasitas 200 ton.
Kuat
tekan beton/benda uji dapt dihitung dengan rumus:
Kuat
tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus
Keterangan:
O’bi = kuat tekan beton
P = Beban hancur (ton)
A = Luas penanpang
3.3.2
Pengujian
Pengujian
benda uji dilakukan pada umur 7 hari berturut - turut sebanyak 3 benda
uji,
dan 5 benda uji pada umur l4 hari. Dari hasil pengujian dapat menentukan kuat
tekan
beton pada masing-masing umur tersebut.
Langkah
pertama, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman dan dihasilkan dengan kain
lap, setelah itu dibiarkan salama lebih kurang 3 jam untuk pengeringan.
'Langkah terakhir dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan penguji
portable compressor dengan kapasitas 200 ton.
Kuat tekan beton/benda uji dapt dihitung dengan rumus:
P = beban hancur ( ton )
A = luas penanpang
=
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Hasil Pemeriksaan Material
Dari
hasil pemeriksaan sifat-sifat material yang dilaksanakan untuk kedua jenis material
agregat yaitu agregat halus dan agregat kasar, maka hasil penyelidikan tertera pada
tabel berikut :
Hasil pemeriksaan Gradasi
Agregat Halus ( Pasir Sungai )
Lubang
Ayakan (mm)
|
Berat
Tertahan (gram)
|
Persentase
Berat
Tertahan (%)
|
Persentase
Komulatif
Berat
Tertahan (%)
|
Persentase komulatif
Lewat ayakan (% )
|
4,75
|
117
|
12
|
12
|
88
|
2,36
|
170
|
17
|
29
|
71
|
1,18
|
170,8
|
17
|
46
|
54
|
0,600
|
256,8
|
26
|
72
|
28
|
0,300
|
155,6
|
16
|
87
|
13
|
0,15
|
93
|
9
|
96
|
4
|
Sisa
|
36
|
4
|
100
|
0
|
Jumlah
|
999,2
|
100
|
441
|
259
|
Modulus
Halus Butir =
Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
Halus (Pasir Sungai)
Pemeriksaan
|
I
|
berat piknometer + pasir + air B1 (gram)
|
948, 3
|
Berat Pair setelah kering, B2 (gram)
|
482,4
|
Berat Piknometer + air, B3 (gram)
|
635
|
Berat Pasir kering muka jenuh, SSD, Bo( gram
|
500
|
Berat Jenis
|
2.58
|
Berat Jenis
|
2.68
|
Penyerapan
|
4%
|
hasil Uji Kadar Lumpur
Agregat Halus (Pasir Sungai)
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Contoh
|
1
|
Berat Lering B1
|
gram
|
4276,2
|
2
|
Berat Kering
Pasir Tanpa Lumpur + cawan
|
gram
|
642,4
|
3
|
Berat Cawan
|
gram
|
160
|
4
|
Berat Pasir
Kering tanpa Lumpur (B2)
|
gram
|
482,4
|
5
|
Kadar Lumpur
|
%
|
0,89
|
* kadar lumpur = B1-B2 / B1
Hasil pemeriksaan Gradasi
Agregat Kasar
Lubang
Yakan
(mm)
|
Berat
Tertahan
(gram)
|
Persentase
Berat tertahan
(%)
|
Persentase
Komulatif
Tertahan (%)
|
Persentase
Komulatif lewat
Ayakan (%)
|
37,5
19
9.5
4.75
2.36
1.18
0.6
0.3
0.15
Sisa
Jumlah
|
513,9
1542.3
346.9
78.4
8.6
0.5
0.3
0.4
0.2
5
2496.5
|
20.58
61.78
13.90
3.14
0.34
0.02
0.01
0.02
0.01
0.20
100.00
|
12.04
73.82
87.71
90.85
91.20
91.22
91.23
91.25
91.25
91.46
812.03
|
87.96
26.18
12.29
9.15
8.80
8.78
8.77
8.75
8.75
8.54
187.97
|
Modulus
halus butir
Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
Kasar
Pemeriksaan
|
I
|
Berat
kerikil setelah dikeringkan, B1 (gram)
|
3750
|
Berat
kerikil kering muka jenuh, SSD, B2 (gram)
|
3808.2
|
Berat
kerikil di bawah air, B3 (gram)
|
2398
|
Berat Jenis
= B1 / (B2-B3)
|
2.65
|
Berat Jenis
= B2/ ( B2-B3)
|
2.7
|
Penyerapan
= {(B2-B1) / B1 )}x 199%
|
1.552
|
4.2.
Hasil Pembebanan
Hasil
pembebanan diperlihatkan pada table 4.2.l :
Tabel4.2.1 Hasil Kuat Tekan Benda Uji
No
|
Benda uji
|
Berat volume (kg)
|
Beban tekan (ton)
|
(Kg/cm2)
|
1
|
Benda Uji
|
12,6
|
20
|
113,23
|
2
|
Benda Uji II
|
12,6
|
18
|
101,91
|
3
|
Benda Uji III
|
12,6
|
18
|
101,91
|
|
Jumlah
|
|
|
317,05
|
No
|
Benda
uji
|
Berat Volume
(Kg)
|
Beban Tekan
(ton)
|
14 hari
(kg/cm3)
|
1
|
BendaUji IV
|
12,5
|
25
|
(kg/cm2)
|
2
|
Benda Uji V
|
12,25
|
25
|
141,54
|
3
|
Benda Uji VI
|
12,3
|
18
|
101,91
|
4
|
Benda Uji VII
|
12,4
|
26
|
147,20
|
5
|
Benda UJi VIII
|
12,5
|
24
|
135,88
|
|
Jumlah
|
|
|
668,07
|
Keterangan:
v Silinder yang digunakan
sebagai benda uji adalah silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm.
v Luas permukaan untuk perhitungan beban tekan
adalah luas silinder, yaitu :
v pelaksanaan pengujian kuat tekan tekan diambil
pada benda uji dengan umur 7 dan 14 hari.
v Factor umur 7 hari = 0,65
v Faktor umur 14 hari = 0,88
4.3. Pembahasan
Perhitunga kuat tekan karakteristik benda uji meliputi :
A.
Kuat tekan Beton Rata-rata
Tabel. 4.3.1 Deviasi Standar
No
|
(kg / cm2 )
|
|
|
1
|
113,23
|
123,14
|
98,2081
|
2
|
101,91
|
123,14
|
450,7129
|
3
|
101,91
|
123,14
|
450,7129
|
4
|
141,91,
|
123,14
|
338,56
|
5
|
141,54
|
123,14
|
338,56
|
6
|
101,91
|
123,14
|
450,7129
|
7
|
147,20
|
123,14
|
578,8836
|
8
|
135,88
|
123,14
|
162,3076
|
|
Jumlah
|
|
2868,658
|
Deviasi standar merupakan
tolak ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan
pembetonan.
Berdasarkan PBI 1971 Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus :
B.
Kuat tekan karakteristik
Sesuai dengan rekomendasi
Internasional untuk perencanaan serta pelaksanaan bangunan beton, melalui
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, menentukan minimum 20 benda uji
dengan persentase defektif 50/o huga k yang diambil 1,64.
Apabila jumlah benda uji
diambil/dipilih lain_maka harga k dievaluasi menurut dalil matematika
statistika. Maka harga k unutk 8 benda uji dan persentase defektif sebesar 5%
adalah 0,656.
Kuat tekan karakteristik :
Keterangan
:
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah:
=
36,00%
4.4. Pembahasan
Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan
selama praktikum dapat diambil suatu pemyataan bahwa kuat tekan beton
karakteristik sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan pembentuknya dan proses
perawatan beton tersebut. Disamping itu terdapat pula faktorfaktor tambahan
lainnya, antara lain : Faktor Air Semen ( FAS ), proses pencampuran, proses
pemadatan, proses perawatan dan umur benda uji, dimana pengaruh perawatan juga
berpengaruh terhadap kekuatan beton karakleristik. Berdasar tabel di atas
diketahui bahwa kekuatan beton karakteristik sebesar 109,861 kglcm2 (36,00) o/o
dari mutu beton yang direncanakan. Mutu beton yang tidak sesuai dengan yang
telah direncanakdn dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kuat tekan beton karakteristik tidak mencapai
l00% adalah adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya :
v Kotoran organik pada aggregate
Bahan organik yang dikandung aggregate dapat mempengaruhi kekuatan beton.
Bila pada pencucian aggregate tidak sempuna, akan menyebabkan kandungan
kotoranorganik dalam aggregate cukup tinggi, sehingga dapat merusak beton
melalui prosesproses kimia yang berlangsung.
v Persentase air yang
dikandung
Persentase air yang dikandung dalam aggregate sangat mempengaruhi
terhadap FAS. Bila kita mengetahui kadar air yang terkandung maka kita dapat
menentukan FAS yang tepat, sehingga mutu beton yang diinginkan dapat kita
peroleh.
v Kekerasan aggregate
Kekerasan aggregate dapat pula mempengaruhi mutu beton yang ingin
diperoleh. Secara logis dapat dikatakan bahwa semakin kuat aggregate semakin
kuat pula daya dukung aggregate tersebut sehingga akan lebih besar tekanan yang
mampu ditahan oleh beton yang kita buat.
v Kadar lumpur
Bila kadar lumpur yang dikandung aggregate melebihi batas toleransi, maka
dapat menyebabkan tidak baiknya terjadi ikatan pasta semen sehingga kuat
tekan beton berkurang dan menyebabkan beton akan luruh atau hancur. Kandungan
lumpur yang dibolehkan tntuk fine aggregate adalah tidak lebih dari 5%dan untuk
coarse aggregate tidak lebih dan l%.
Dalam pelaksanaan perencanaan carnpuran beton harus diperhatikan
kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada bahan-bahan dasar pembentuk beton.
Oleh sebab itu diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga
didapat komposisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan perbandingan kadar
bahan yang telah diizinkan yang pada akhirnya didapat mutu beton yang
diinginkan.
BAB V
PENUTUP
5.l Kesimpulan
Dari hasil prallikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan
beton karakteristrk (o'bk) sebesar l}9,867 kg/cr*. Kuat tekan beton nta+ata
(o'bm) 123,14 dengan nilai deviasi standar (S) sebesar 20,243 kg/"tt?.
Persentase mutu betonnya adalah 36,00 o/o dari nnrtu yang direncanakan. Tinggi
slump yang drperoleh 7,5 cm, memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan
yaitu25,4-101,6 mm. Hasil penelitian si,fat-sifat fisis aggregate yang
digunakan telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SK.SNI T-15-1990-03 dan
PBI (Peraturan Beton Indonesia l97l).
Kesalahan-kesalahan
pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan
anatara
lain :
Kekeliruan dalarn perhitugan perbandingan bahan-bahan pencampur yang
digunakan, kurangya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton
sehingga mempengaruhi komposisi c{tmpuran beton.
Pada pembuatan benda uji pemadatannya kurang dan terlalu berkumpulnya
material yang halus atau material yang kasar saat memasukkan campuftul beton
kedalam cetakan. Hal ini akan menyebabkan kekuatan beton tidak merata padd
setiap bagian benda uji.
Melakukan
pengujian pada waktu kurang dari toleransi yang diperbolehkan
setelah
benda uji dikeluarkan dari bak perendaman pada setiap pembebanan sehingga
mutu
beton menjadi tidak maksimum.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari agak kurang teliti.
Untuk itu, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan guna
berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa mendatang. Perencanaan untuk
menentukan kekuatan beton diperlukan ketelitian dan kesungguhan yang tinggi.
Oleh karena itu, diperlukannya sikap saling membutuhkan antara pembimbing
dengan pelaksana praktikum untuk mendapatkan kuat tekan beton seperti yang
direncanakan.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan praktikum, penulis menghimbau
kepada mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum dimasa mendatang, diharapkan
dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan praktikum. Ketelitian dan kehati
hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan, serta dituntut pula
kekompakan antara sesama praktikan agar hasil kerja maksimal.
Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih
ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat
dikurangi
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah M.A : 1995, Panduan
Praktikum Komposisi Campuran Beton Struktural, Labolatorium Kintruksi Dan Bahan
Bangunan Ft Unsyiah, Banda Aceh.
Ir. Mochtar R : 1982, PUBI –
1982, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jemdral Cipta Karya, Bandung.
Murdock L.J : Brook K.M :
Ir. Hindarko S : 1999, Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Apakah Anda dalam kesulitan keuangan? Apakah Anda perlu
BalasHapuspinjaman untuk memulai bisnis atau untuk membayar tagihan Anda?
Kami memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan bantuan dan kami memberikan pinjaman kepada perusahaan lokal, internasional dan juga pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%.
Terapkan Sekarang Via Email: kellywoodloanfirm@gmail.com
Terima kasih
Terima kasih dan Tuhan memberkati
Ibu Kelly